Jumat, 18 Juni 2010

Makanan Khas Daerah

Makanan Khas Daerah

Beberapa masakan dan makanan khas Purworejo antara lain:
Dawet Hitam: sejenis cendol yang berwarna hitam, sangat digemari pemudik dari Jakarta. Untuk penjual dawet hitam yang asli adalah di timur jembatan Butuh.
Tahu Kupat (beberapa wilayah menyebut "kupat tahu"), sebuah masakan yang berbahan dasar tahu dengan bumbu pedas yang terbuat dari gula jawa cair dan sayuran seperti kol dan kecambah.
Geblek : makanan yang terbuat dari tepung singkong yang dibentuk seperti cincin, digoreng gurih
Clorot : makanan terbuat dari tepung beras dan gula merah yang dimasak dalam pilinan daun kelapa.
Rengginang : gorengan makanan yang terbuat dari ketan yang dimasak, berbentuk bulat, gepeng.
Lanting : makanan ini bahan dan bentuknya hampir sama dengan geblek, hanya saja ukurannya lebih kecil. Setelah digoreng lanting terasa lebih keras daripada geblek. Namun tetap terasa gurih dan renyah.
Kue Satu : Makanan ini terbuat dari tepung ketan, berbentuk kotak kecil berwarna krem, dan rasanya manis.
Kue Lompong : Berwarna hitam, dari gandum berisi kacang dan dibugkus dengan daun pisang yang telah coklat (klaras)
Tiwul punel: Terbuat dari gaplek ubi kayu
Krimpying : Makanan ini berbahan dasar singkong, seperti lanting tapi berukuran lebih besar dan lebih keras, berwarna krem, bentuknya bulat tidak seperti lanting yang umumnya berbentuk seperti angka delapan.Rasa makanan ini gurih.
[sunting]
Wisata boga di Purworejo

Rumah Lurah Wonosari Ngombol Purworejo Rumah Jarkasi Laban Lor Ngombol Purworejo Rumah Sungkono wonosari ngombol purworejo (Sebagai naskah sementara. Kelak dipindah ke Wikibooks Wisata). Beberapa tempat makan yang disarankan di Purworejo:
RM Miroso Barat Pasar Kutoarjo (Depan lawangan tengah)
Bebek goreng Pak Dargo, stasiun KA Purworejo
Sate/gule Kambing LD (ex Sate Winong): Jl. Tentara Pelajar 243, Kledung (Sebelah STM Negeri / Dekat Pengadilan Negeri Purworejo), dengan menu utama "Sate Buntel". Rumah makan ini memiliki menu minuman dengan nama unik, seperti "Banteng Ketaton", "Mega Mendung", "Green/Red Wine LD", "Lidah Ibu", "Cinta LD", Hitam Putih Hidup, DLL)
Bakso Siput, Jl. K. H. Achmad Dahlan (Dekat Bioskop Pusaka dulu!)
Bakso Pak Sukar, Jalan Diponegoro Kutoarjo
Bakso muncul, Jl. Mayjend Katamso, pangen rejo
Sate kambing Pak Bedjo, Jl. Diponegoro Kutoarjo
RM Mbak Limboek, Samping BRI Purworejo
RM "Sate Magelang", di Purworejo
Bakmi goreng & rebus "Bp MUSLIH", utara Willy Motor pasar Bruno
Soto Pak Rus, Stasiun KA Purworejo
Ayam Panggang Mbak Purwati, sisi barat alun-alun Purworejo
Pondok Siomay_77 dan Soup Buah, Selatan Selis Semawung Kutoarjo
Soto "Pak Tono", Plaosan Buntu (Dekat Bank Jateng)
RM & Katering Srikaton Jl. Letjend Suprapto 124 Purworejo (Fast food dan aneka masakan pepes dan bebek peking)

Kutoarjo
Rumah Makan "SEDERHANA", pemilik Bp Rusdanil sisi selatan alun-alun Kutoarjo
Warung Makan "Mbok Susah", sisi timur lampu merah Kutoarjo
RM "Gudeg Mataram", barat lampu merah Kutoarjo, sisi utara
Warung Nasi Goreng "Pak Da'im", terletak di Jl.Kemiri-Pituruh
Rumah Makan "Soto Semarang", terletak di purworejo
Sate Winong "Bp.Mustofa", terletak di desa winong
RM Sate Kambing "Mbah Thiklu", selatan BRI Bruno,Bruno
Siomay "Tombo Kangen", seberang Gereja Kristen Jawa (sebelah barat Bank BCA Purworejo)
Bakso "Bang Siput" Jl. KHA Dahlan, ada di Prapatan Kembang
Mie ayam pak buSuhadak, Juara se-KEDU, Jl. Pramuka dijamin halalan toyyiban di Prapatan Kembang
Tiwul punel "IBU PARINAH" asli KAPITERAN, pasar NDLISEN -pituruh
Bakmi Ghodog & Goreng "TERBIZ" PAK DAIM asli KEREP - KEMIRI
Warung Sate-Gule Kambing 'Sederhana' milik Mbah Partodrono di Jalan Pituruh-Klepu
opek sawangan yang khas banget,mbah TUN
Bakso Bang Reeno (beberapa tempat diantaranya Purworejo (gang sebelah LP), Kutoarjo wetan alun-alun, Kemiri)
Mie Ayam Bung Rajiman, Jl. Raya Kutoarjo-Ketawang Kendal Grabag
pondok dahar tengah sawah(ghalezi)purworejo-kutoarjo km.6/sebelah selatan pasar grantung(candisari)

Sejarah

Sejarah

Prasasti Kayu Ara Hiwang ditemukan di Desa Boro Wetan (Kecamatan Banyuurip), jika dikonversikan dengan kalender Masehi adalah tanggal 5 Oktober 901. Ini menunjukkan telah adanya pemukiman sebelum tanggal itu. Bujangga Manik, dalam petualangannya yang diduga dilakukan pada abad ke-15 juga melewati daerah ini dalam perjalanan pulang dari Bali ke Pakuan.

Pada masa Kesultanan Mataram hingga abad ke-19 wilayah ini lebih dikenal sebagai Bagelen (dibaca /ba·gə·lɛn/). Saat ini Bagelen malah hanya merupakan kecamatan di kabupaten ini.

Setelah Kadipaten Bagelen diserahkan penguasaannya kepada Hindia-Belanda oleh pihak Kesultanan Yogyakarta (akibat Perang Diponegoro), wilayah ini digabung ke dalam Karesidenan Kedu dan menjadi kabupaten. Belanda membangun pemukiman baru yang diberi nama Purworejo sebagai pusat pemerintahan (sampai sekarang) dengan tata kota rancangan insinyur Belanda, meskipun tetap mengambil unsur-unsur tradisi Jawa. Kota baru ini adalah kota tangsi militer, dan sejumlah tentara Belanda asal Pantai Emas (sekarang Ghana), Afrika Barat, yang dikenal sebagai Belanda Hitam dipusatkan pemukimannya di sini. Sejumlah bangunan tua bergaya indisch masih terawat dan digunakan hingga kini, seperti Masjid Jami' Purworejo (tahun 1834), rumah dinas bupati (tahun 1840), dan bangunan yang sekarang dikenal sebagai Gereja GPIB (tahun 1879).

Selasa, 15 Juni 2010

Di Jalan Tugu adalah bangunan kuno peninggalan jaman kolonial Belanda. Monumen tugu adalah eks taman JP Zoen Coen yang di kelilingi kolam dan di tumbuhi Lily air serta di kelilingi oleh pohon Trembesi raksasa yang berusia sangat tua.